Sumber: http://statik.tempo.co/data/2014/03/05/id_269077/269077_620.jpg
Berdasarkan pemberitaan yang dilansir dalam situs tempo.co, polusi asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan di Riau menyebabkan 58 ribu warga sakit. Menurut juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, 58 warga sakit akibat menghirup asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan di Riau dan sekitarnya. Beliau mencontohkan, kadar udara pada 10 dari 19 kota atau kabupaten di Sumatera Barat masuk kategori tidak sehat akibat kabut asap. Pemerintah Sumatera Barat juga mengeluarkan status siaga darurat kabut asap hingga 31 Maret 2014. Di Pasaman Barat, tercatat 3 ribu warga terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Persoalan ini bahkan membuat
Presiden Indonesia, Bapak SBY, turun langsung untuk mengusut masalah ini. Minggu
(16/3/2014), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan tinjauan di Kecamatan
Minas, Kabupaten Siak, Riau. Beliau yang didampingi oleh sejumlah menteri cabinet
diantaranya Menko Kesra Agung Laksono dan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menggelar
pertemuan dengan sejumlah warga di SD Negeri 10 Minas.
Sumber: http://cdn.metrotvnews.com/dynamic/content/2014/03/16/219626/URD2dz5oBN.jpg?w=700
Seperti yang dilansir dalam
metrotvnews.com, dalam pertemuannya tersebut, beliau menyatakan bahwa
masyarakat tak perlu takut mengatakan yang sebenar-benarnya dan tidak menutup-nutupi
fakta mengenai siapa pelaku pembakaran lahan seluas 19 ribu hektar tersebut. Hal
itu disampaikan beliau, karena Ia telah mendapatkan laporan kebakaran lahan
gambut yang terjadi dari tahun ke tahun di Riau merupakan disengaja.
Pernyataan presiden itu
dibenarkan warga dan berhasil membuat sejumlah warga buka mulut. Salah satu
warga Siak Hulu, Aprizal, mengatakan bahwa kebakaran yang terjadi bukan
disebabkan oleh faktor alam, tapi ada pihak-pihak yang sengaja dengan maksud
dan tujuan tertentu.
Kebakaran hutan dan lahan yang
hanya berjarak 20 kilometer (Km) dari Pekanbaru di duga sengaja dibakar pihak
tertentu. Ironisnya, kebakaran hutan lindung Buluh Cina ini tak pernah ditangani
serius oleh pemerintah daerah. Menurut Aprizal, kebakaran yang terjadi
dibiarkan tanpa upaya pemadaman.
Presiden
SBY merasa puas mendengar laporan lagsung dari warga itu. Ia mengatakan kasus
kebakaran hutan dan lahan di Riau cukup unik. Pasalnya, selain Riau sejumlah
daerah yang berkarakteristik tanah gambut di Indonesia seperti Jambi dan
Kalimantan amat jarang mengalami kebakaran hutan yang parah seperti Riau.
Menurut opini saya, persoalan ini
haruslah segera di tuntaskan sampai ke akar-akarnya. Seperti pernyataan Bapak
Presiden SBY, bahwa kebakaran lahan gambut di Riau ini hampir terjadi setiap
tahunnya, dan dari laporan yang beliau terima adalah sama, bahwa kebakaran
tersebut terjadi karena disengaja. Nah, menurut saya memang betul apabila kebakaran
lahan gambut di Riau ini terjadi bukan hanya karena faktor alam saja, namun
juga ada unsur kesengajaan. Pasalnya, di Indonesia tidak hanya Riau yang
memiliki lahan gambut, Kalimantan, Jawa Barat, dan beberapa provinsi lainnya
juga memiliki lahan gambut. Namun, frekuensi terjadinya kebakaran lahan gambut
di Kalimantan dan Jawa Barat ini tidak sebesar seperti yang terjadi di Riau.
Dari sinilah, sudah terlihat jelas, bahwa ada motif tertentu di balik kebakaran
gambut yang terjadi di Riau.
Namun terlepas dari motif dibalik
kebakaran lahan gambut di Riau, ada hal yang lebih ironis. Menurut pemberitaan
yang ada, pemerintah kota Riau bergerak lambat dalam mengatasi kebakaran lahan
yang terjadi saat itu. Pasalnya jarak lokasi kebakaran dengan pusat kota
hanyalah 20km. Nah, hal ini sangat disayangkan. Andai saja saat itu peemrintah
setempat mengambil langkah cepat untuk memadamkan api tersebut, mungkin
kebakaran yang terjadi tidak akan bertambah luas. Apalagi, hari Minggu kemarin
(23/03/2014), media mengabarkan bahwa titik api kebakaran semakin bertambah. Hmm
cukup menguras perhatian publik bukan?
Nah, sebelum saya melanjutkan
opini saya, saya akan menjabarkan sedikit pengetahuan mengenai lahan gambut. Sebelumnya, apa
sih lahan gambut itu? Apa fungsinya?
Dari situs yang saya baca (iccc-network.net), lahan
gambut memiliki sifat khas yang berbeda dengan tanah mineral. Lahan gambut
memiliki kerapatan massa yang rendah, kadar bahan organik yang tinggi, serta
konduktivitas hidrolik yang tinggi sehingga memiliki daya serap air yang
tinggi. Dalam kondisi yang alami dan tidak
terganggu, lahan gambut merupakan suatu ekosistem yang stabil, yang
kedalamannya dapat bertambah dari waktu ke waktu. Namun lahan gambut menjadi
mudah terdegradasi apabila ekosistemnya terganggu. Oleh karenanya, lahan
gambut disebut sebagai lahan marjinal dan rapuh.
Sumber: http://iccc-network.net/images/articles/20120718_peatfire_l.jpg
Apa itu degradasi
lahan gambut? Degradasi lahan gambut adalah perubahan yang mengarah pada
kerusakan di lahan gambut. Selama ini, terjadinya degradasi lahan gambut di
Indonesia disebabkan oleh kebakaran
hutan gambut atau lahan gambut, pembuatan
saluran-saluran, parit-parit, atau kanal-kanal untuk tujuan drainase, irigasi
maupun sebagai sarana transportasi. Dan informasi yang paling penting dan
menarik adalah,
“lahan gambut merupakan suatu ekosistem yang unik. Yang
akan sangat sulit untuk dipulihkan kembali apabila mengalami kerusakan.”
Oleh
karena itu, pengelolaan kawasan gambut berdasarkan ilmu pengetahuan sangat
penting untuk dilakukan.
Kalimat terakhir diatas sudah benar-benar
jelas artinya bukan???
Nah, kembali lagi ke opini saya.
Jadi, tugas siapakah ini? Siapa yang bertanggung jawab atas kebakaran ini?
Tentunya semua pihak! Memang betul, pihak pertama yang harus bertanggung jawab
adalah “sang pembakar lahan”, tapi kita sebagai masyarakat juga harus mengambil
bagian dalam permasalahan ini. Apa yang bisa masyarakat lakukan? Masyarakat dapat
mengambil bagian dalam mengawasi tiap-tiap aktivitas yang terjadi di area
gambut tersebut. Jangan lengah, dan jangan biarkan pihak-pihak tertentu
mengambil keuntungan untuk kepentingan sendiri. Dan untuk pemerintah setempat,
ayo tegakkan perundang-undangan mengenai pengelolaan kawasan gambut. Jangan
sampai, kejadian ini terjadi lagi untuk yang kesekian lainnya. Bukankah MENCEGAH
lebih baik dari pada MENGOBATI?? J
Ini adalah pelajaran buat kita
semua, jangan sampai terulang kembali hal yang sedemikian telah merugikan
banyak pihak. Bukan hanya kerugian materi, tetapi kurang lebih 58 ribu warga
Riau dan sekitarnya telah terkena penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut). Selain itu kebakaran lahan gambut ini juga merusak ekosistem yang ada.
Dan beberapa satwa yang menghuni lahan tersebut juga akhirnya harus kehilangan habitat
mereka. Salah satunya adalah Harimau. Lihat apa yang kita lakukan terhadap
mereka, satwa-satwa Indonesia? Bukannya melindungi dan melestarikan mereka, kita malah
justru menghancurkan habitat mereka. See?