Selasa, 29 April 2014

Hubungan Pertumbuhan Penduduk dengan Kemiskinan, Kelaparan, dan Keterbelakangan



Kemiskinan Indonesia

            Indonesia adalah negara yang kaya raya. Potensi kekayaan alamnya sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Sumber daya alam hayani banyak ditemui dengan flora dan fauna yang beraneka ragam, sehingga tidak mengherankan jika indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati terlengkap didunia, hal ini tentunya mencakup keanekaragaman hayati darat dan laut. Jikalau penilaiannya hanya mencakup keanekaragaman hayati darat saja, Indonesia berada diperingkat ke-2 setelah Brasil (Amerika Selatan) dengan sungai Amazonnya yang tersohor itu.
          Selain itu, kekayaan non hayatinya juga sangat melimpah, terbukti banyak tambang yang terdapat di Indonesia. Seperti tambang emas yang dikelola oleh PT. Freeport di papua, yang menjadi tambang emas yang terbesar di dunia. Saat ini PT. Freeport mengeksplorasi tambang emas terbesar dengan kualitas terbaik di dunia yang berada di daerah Papua. Kualitas emas dari Freeport sudah diakui oleh mancanegara dan itu berasal dari Indonesia.
          Selain itu indonesia juga menjadi eksportir minyak sawit no 1 Dunia. Kelapa sawit atau dunia internasional menyebut crude palm oil (CPO) adalah produk yang dibutuhkan masyarakat sebagai sumber energi pilihan maupun alternatif. Saat ini, Indonesia merupakan eksportir no 1 dunia untuk minyak sawit, malaysia diurutan ke-2 dan Papua New Guinea diurutan ke-3. Hal ini disebabkan oleh luas lahan kelapa sawit yang meningkat setiap tahunnya. Serta masih banyak lagi tambang-tambang alam di Indonesia.
          Ironisnya, di negara yang sangat kaya ini, masih banyak masyarakatnya yang hidup di garis kemiskinan bahkan di bawah garis kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per Maret 2013 mencapai 28,07 juta atau 11,37 persen dari total penduduk Indonesia. Angka tersebut mengalami penurunan 0,52 juta dibandingkan dengan penduduk miskin per September 2012 sebesar 28,59 juta (11,66) persen. Secara keseluruhan garis kemiskinan meningkat dari Rp 259.520 per kapita per bulan pada September 2012 menjadi Rp 271.626 per kapita per bulan pada Maret 2013. Berikut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan, 1970-2013











Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (Juta Orang)
Persentase Penduduk Miskin
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Kota
Desa
Kota+Desa
Kota
Desa
Kota+Desa
Kota
Desa
1970
n.a
n.a
  70,00
n.a
n.a
  60,00
n.a
n.a
1976
  10,00
  44,20
  54,20
  38,80
  40,40
  40,10
4 522,00
2 849,00
1978
  8,30
  38,90
  47,20
  30,80
  33,40
  33,30
4 969,00
2 981,00
1980
  9,50
  32,80
  42,30
  29,00
  28,40
  28,60
6 831,00
4 449,00
1981
  9,30
  31,30
  40,60
  28,10
  26,50
  26,90
9 777,00
5 877,00
1984
  9,30
  25,70
  35,00
  23,10
  21,20
  21,60
13 731,00
7 746,00
1987
  9,70
  20,30
  30,00
  20,10
  16,10
  17,40
17 381,00
10 294,00
1990
  9,40
  17,80
  27,20
  16,80
  14,30
  15,10
20 614,00
13 295,00
1993
  8,70
  17,20
  25,90
  13,40
  13,80
  13,70
27 905,00
18 244,00
1996
  7,20
  15,30
  22,50
  9,70
  12,30
  11,30
38 246,00
27 413,00
1996
  9,42
  24,59
  34,01
  13,39
  19,78
  17,47
42 032,00
31 366,00
1998
  17,60
  31,90
  49,50
  21,92
  25,72
  24,20
96 959,00
72 780,00
1999
  15,64
  32,33
  47,97
  19,41
  26,03
  23,43
92 409,00
74 272,00
2000
  12,31
  26,43
  38,74
  14,60
  22,38
  19,14
91 632,00
73 648,00
2001
  8,60
  29,27
  37,87
  9,79
  24,84
  18,41
100 011,00
80 382,00
2002
  13,32
  25,08
  38,39
  14,46
  21,10
  18,20
130 499,00
96 512,00
2003
  12,26
  25,08
  37,34
  13,57
  20,23
  17,42
138 803,00
105 888,00
2004
  11,37
  24,78
  36,15
  12,13
  20,11
  16,66
143 455,00
108 725,00
2005
  12,40
  22,70
  35,10
  11,68
  19,98
  15,97
165 565,00
117 365,00
2006
  14,49
  24,81
  39,30
  13,47
  21,81
  17,75
174 290,00
130 584,00
2007
  13,56
  23,61
  37,17
  12,52
  20,37
  16,58
187 942,00
146 837,00
2008
  12,77
  22,19
  34,96
  11,65
  18,93
  15,42
204 895,99
161 830,79
2009
  11,91
  20,62
  32,53
  10,72
  17,35
  14,15
222 123,10
179 834,57
2010
  11,10
  19,93
  31,02
  9,87
  16,56
  13,33
232 989,00
192 353,83
40603
  11,05
  18,97
  30,02
  9,23
  15,72
  12,49
253 015,51
213 394,51
40787
  10,95
  18,94
  29,89
  9,09
  15,59
  12,36
263 593,84
223 180,69
40969
  10,65
  18,49
  29,13
  8,78
  15,12
  11,96
267 407,53
229 225,78
Sep-12
  10,51
  18,09
  28,59
  8,60
  14,70
  11,66
277 381,99
240 441,35
Mar-13
  10,33
  17,74
  28,07
  8,39
  14,32
  11,37
289 041,91
253 273,31









Catatan:








1. Sejak Desember 1998 digunakan standar kemiskinan baru yang merupakan penyempurnaan standar lama.


    Data tahun 1976-1996 menggunakan standar lama, angka tahun 1996-2013 menggunakan standar baru


2. Referensi waktu untuk seluruh data adalah Februari,





      kecuali data tahun 1998 (Desember) dan tahun 2006-2010 (Maret).





      Data mulai tahun 1999 tanpa Timor Timur





















         
         
          Bangsa Indonesia perlu mewaspadai kondisi kemiskinan yang terjadi saat ini. Walaupun secara statistik tahun 2012 terjadi penurunan kemiskinan menjadi 28,59 juta orang atau 11,6 persen, secara kualitas kemiskinan justru mengalami involusi dan cenderung semakin kronis. Hal itu dilontarkan anggota Kaukus Ekonomi Fraksi PDI Perjuangan, Arif Budimanta, saat menghubungi Kompas, Kamis (3/1/2013). Menurut Arif, hal itu ditunjukkan oleh semakin meningkatnya indeks keparahan kemiskinan, terutama di wilayah pedesaan yang meningkat hampir dua kali lipat selama tahun 2012.
"Badan Pusat Statistik mencatat, indeks keparahan pada Maret 2012 sebesar 0,36. Padahal, pada September 2012 menjadi 0,61. Kenaikan indeks ini menunjukan dua hal, yaitu semakin melebarnya kesenjangan antarpenduduk miskin dan, juga, semakin rendahnya daya beli dari masyarakat kelompok miskin karena ketidakmampuan mereka memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sampai dengan batas pengeluaran garis kemiskinan yang hanya sebesar Rp 259.520 per bulan," paparnya. Kondisi penduduk miskin di wilayah pedesaan yang semakin parah ini, tambah Arif, diakibatkan karena tingginya tingkat inflasi wilayah pedesaan, yakni 5,08 persen, jika dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 4,3 persen selama tahun 2012.
Pengentasan kemiskinan masih jauh panggang dari api (ilustrasi).
Potret kemiskinan yang terjadi di Indonesia
Selama periode September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,18 juta orang (dari 10,51 juta pada September 2012 menjadi 10,33 juta pada Maret 2013).  Sedangkan di daerah pedesaan berkurang 0,35 juta (dari 18,09 juta pada September 2012 menjadi 17,74 juta pada Maret 2013). Berturut-turut, pada 2009, BPS mencatat jumlah penduduk miskin 32,53 juta atau 14,15 persen, kemudian pada 2010 31,02 juta atau 13,33 persen, Maret 2011 30,02 juta atau 12,49 persen, September 2011 29,89 juta atau 12,36 persen dan Maret 2012 29,13 juta atau 11,96 persen. 
          Tingkat kemiskinan yang masih tinggi di Indonesia ini diantaranya disebabkan oleh inflasi di pedesaan yang tinggi. Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga-harga bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, dan kesehatan, dimana kenaikan harga tersebut tidak seimbangnya dengan kenaikan upah yang diterima.  Hal inilah yang menyebabkan keadaan kemiskinan di Indonesia tak berubah banyak dari waktu ke waktu. Dengan tingginya inflasi beberapa bulan belakangan, diperkirakan tingkat kemiskinan akan berada di atas 12 persen.
Tanpa kerja apa-apa juga trennya memang seperti itu penurunan kemiskinannya. Jadi, tak ada extra effort yang dilakukan. Artinya apa? seluruh stimulus dari proses kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah selama ini tak memberikan efek elastisitas yang tinggi terhadap penurunan kemiskinan dari setiap proses pertumbuhan yang ada.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Salsiah Alisjahbana mengakui dengan tingkat kemiskinan per Maret 2013 yang mencapai 11,37 persen, target akhir tahun ini 10,5 persen memang berat untuk dicapai.
Salah satu pemicunya adalah lonjakan harga sejumlah kebutuhan yang berujung pada tingkat inflasi tinggi.  Tapi kita best effort yaitu terdapat sejumlah program seperti raskin, BLSM hingga BSM untuk membantu keluarga miskin.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan bahwa pemerintah telah melakukan sinergi antara Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) untuk mengurangi tingkat kemiskinan.  MP3EI bertujuan mengurangi ketimpangan antarwilayah dan MP3KI mengurangi ketimpangan antar masyarakat. "Jadi disinergikan dan tentu ada efeknya," kata Hatta.
Solusi:
Mengenai keterbelangan khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi masyarakat indonesia belum seberapa kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, misalnya Jepang, Cina, Korea, dll. Penduduk indonesia terutama didaerah pelosok/pedesaan masih minim tentang ilmu pengetahuan maupun tehnologi, dalam hal ini “Haruskah Kita diam dengan kenyataan tersebut ???” menurut saya pemerintah harus berupaya meningkatkan pendidikan diberbagai daerah karena pendidikan merupakan salah satu pendorong untuk mengurangi kemiskinan, jikalau anak-anak bangsa indonesia maju akan pendidikan berarti dapat mengimbangi negara lain, kita tidak perlu lagi memerluka tenaga kerja yang propesional dari negara yang lain, tetapi kita dapat memamfaatkan pemuda-pemudi indonesia yang memiliki skill dan pengetahuan.
Kelaparan akan mengakibatkan kepada kondisi kekurangan gizi yang dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif lama. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, kemiskinan merupakan masalah global dunia. Kemiskinan sebagian besar karena masalah pengangguran yang terjadi akibat dari kemalasan.
Sudah seharusnya pemerintah dan orang-orang yang berkompeten, memikirkan kembali pendidikan Rakyat yang kian terpuruk. Potensi sumber daya yang sangat potensial untuk mensuplai orang-orang yang berkualitas. Ragam cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan anak Rakyat ini dari kebodohan dan ketertindasan, yang terpenting adalah kesungguhan Pemerintah dan Kearifan penguasa negeri ini untuk tidak melihat mereka semakin tertindas.

Sumber :
http://www.merdeka.com/uang/bank-dunia-40-persen-populasi-indonesia-hidup-dalam-kemiskinan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar